Jatuh Suka.


3 Juni 2022. Malam ini adalah malam yang sudah dinanti-nanti oleh gadis yang saat ini menggunakan kaos putih serta celana jeans yang dipadukan dengan sepatu berwarna abu-abu. Malam di mana sang idola akan tampil di hadapan dirinya. Lia tak henti menatap panggung besar di depan sana dan mulai membayangkan bagaimana serunya saat ia dan seluruh orang yang ikut menonton konser ini, ikut bernyanyi sambil diiringi suara indah nan merdunya Tulus.

Saat memasuki area konser, pandangan Lia langsung terfokus kepada orang-orang yang menonton konser ini. Ternyata dugaannya benar, kalau kebanyakan penonton konser ini adalah para remaja seusianya. Namun, tak sedikit juga para orang dewasa yang ikut menyaksikan konser ini sambil menggandeng pasangannya. Lia sedikit iri dengan hal itu.

“Woy! Lia, hp lo bunyi terus nih,” ucap Nadia sedikit berteriak karena Lia tidak menyadari kalau ada orang yang tengah menelfonnya. Saat ia melihat nama orang yang tengah menelfonnya, ia segera menekan tombol hijau di ponselnya.

“Halo, Saga?”

“Lo dimana? Kok gua ga ada ngeliat lo?”

“Sebentar.” Dengan ponsel yang masih menempel di telinganya, Lia mulai mengedarkan pandangannya ke sekitar. Berharap ia segera melihat Saga.

Bagai menemukan mata air di tengah gurun pasir, Lia segera melambaikan tangannya saat ia melihat Saga berdiri tak jauh dari tempatnya berada. “Sagaa, coba liat ke belakang, gue udah lambaiin tangan, nih!”

Senyum Saga langsung mengembang saat ia berhasil menemukan gadis yang dicarinya sejak tadi. Lantas dimatikannya sambungan teleponnya dengan Lia dan segera berlari menghampirinya.

“Udah dari tadi?,” tanya Saga saat dirinya berada di hadapan Lia.

“Belum kok. Oh iya, kenalin ini Nadia, temen SMP gue”

Nadia yang baru pertama kali bertemu dengan Saga, hanya tersenyum kikuk sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Saga langsung menyambut hangat uluran tangan dari Nadia sambil memperkenalkan dirinya.

Dilihatnya area depan panggung yang mulai ramai, membuat Lia sedikit panik, takut jika ia tidak mendapat tempat di depan untuk melihat Tulus. Mengerti dengan situasi saat ini, Saga langsung mengajak Lia untuk segera ke depan panggung. “Kok masih diem di sini? Ga mau ke depan supaya dapet tempat?”

“MAU! AYO KE SANA SEKARANG!”

Saga hanya terkekeh saat mendengar teriakan histeris dari Lia. Ia membiarkan perempuan itu dan temannya berjalan terlebih dahulu ke depan panggung.

Tepat saat mereka sudah mendapatkan posisi yang bagus untuk menonton, suara heboh dari para MC mulai terdengar. Para penonton yang hadir pun tak kalah hebohnya. Mereka ikut berteriak untuk menyambut konser yang sudah dimulai. Namun, teriakan dari ratusan manusia di sekitarnya kalah dengan teriakan dari gadis di depannya.

Saga tersenyum. Ia bahkan dapat merasakan aura bahagia yang dipancarkan oleh Lia. Gadis yang semula rambutnya dibiarkan terurai, kini diikat ponytail karena sudah merasa kepanasan akibat desakan dari orang-orang di sampingnya.

Saat hendak mengambil ponsel dari dalam tasnya, Lia tak sengaja terdorong oleh laki-laki berbadan besar di sebelahnya. Refleks hal itu membuat Lia hampir terjatuh jika Saga tak langsung menahan tubuhnya. “Makasih, Saga.”

“Lo gapapa?,” Saga bertanya untuk memastikan keadaan Lia.

“Iya, gapapa kok.”

Walaupun berkata bahwa dirinya baik-baik saja, Saga tetap tak percaya. Ia kini mengubah posisinya supaya berada tepat di belakang Lia. Ia bahkan mulai menegapkan tubuhnya agar Lia tak terkena desakan dari orang-orang di sampingnya. Saga hanya ingin Lia merasa nyaman saat menonton idolanya.

Tak lama, orang yang sudah diharapkan muncul sejak tadi pun kini sudah berada di atas panggung. Sorakan mulai terdengar semakin keras saat lagu pertama mulai dinyanyikan.

Tanpa menunggu lagi, Lia langsung mengabadikan momen tersebut lewat ponselnya. Ia juga ikut bernyanyi dengan kencang saat lagu bertajuk Sepatu itu mulai dinyanyikan.


30 menit berlalu, kini para penonton tengah dihibur oleh para MC karena sang artis tengah bersiap-siap untuk penampilan berikutnya. Lia yang kelelahan berdiri, langsung mengajak Nadia untuk mencari tempat duduk sambil menunggu Tulus kembali tampil. Melihat Lia yang tiba-tiba menghadap ke arahnya, Saga langsung bertanya, “Mau ke mana?”

“Mau cari tempat duduk, gue capek berdiri.”

Lia dan Nadia pun segera menjauhi area panggung dan duduk di bangku yang telah disediakan di belakang sana. Saga juga langsung mengikuti mereka berdua, takut kalau kehilangan jejak mereka, terutama Lia.

Baru 10 menit mereka duduk, Tulus sudah siap bernyanyi kembali. Namun, karena terlalu lelah berdiri dan berdesak-desakan, Lia memilih untuk mengundur waktunya kembali ke depan. Saga yang melihatnya pun hanya ikutan saja.

“Lia, gue ke toilet dulu ya, sumpah, gue udah ga tahan pengen pipis.”

Mendengar ucapan Nadia, Lia sontak bangun dari duduknya dan hendak mengantarkan Nadia ke toilet. Namun, dengan cepat Nadia menahannya, “Gue bisa ke toilet sendiri kok, jugaan tempatnya ada di sana. Lo di sini aja nunggu bareng Saga”

“Beneran ga mau ditemenin?”

“Beneran,” tanpa menunggu lagi, Nadia langsung berlari menuju toilet.

Lia hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku temannya itu. Setelah Nadia pergi, keadaan di antara Saga dan Lia pun mendadak canggung. Lia bahkan baru menyadari kalau tangannya digenggam oleh Saga, entah sejak kapan.

“Ikut gue yuk,” ucap Saga sambil menggenggam tangan Lia ke tengah penonton yang tak terlalu jauh dari tempat duduk mereka.

Alunan musik serta suara indah dari Tulus, membuat kedua remaja tersebut hanyut dalam pikiran mereka masing-masing. Lia yang sejak awal sudah gugup karena genggaman dari Saga, kini semakin gugup saat Saga mengubah posisi tangannya ke bahu Lia. Saga merangkulnya.

Saga juga merasakan hal yang sama seperti Lia, tetapi ia jauh lebih pandai dalam mengontrol dirinya.

Aku ingin dirimu Yang menjadi milikku Bersamaku mulai hari ini Hilang ruang untuk cinta yang lain

“Lia”

“Iya?”

“Denger ga tadi gua ikutan nyanyi pas di lirik itu?,” Saga bertanya kepada Lia yang saat ini mengubah posisi tubunya menjadi tegak sambil menatap Saga.

“Denger, kenapa?”

What do you mean?

“Gue ga paham, Saga…”

Lia menunduk. Ia sekarang tak memiliki nyali untuk menatap Saga. Jujur, Lia sebenarnya tak sebodoh itu untuk menangkap sinyal dari Saga. Ia juga tahu kalau saat ini Saga tengah menyatakan perasaannya ke Lia lewat lirik tersebut. “Gue suka sama lo, Lia. I love you…

Pandangan Lia seakan dipaksa untuk menatap Saga saat ini. Ia bingung harus apa sekarang. Di satu sisi ia senang karena akhirnya mengetahui perasaan Saga, namun, di sisi lain ia bingung harus menjawab apa. Walaupun dari lubuk hatinya, Lia sendiri sudah mengaku kalah, ia juga sudah jatuh. Ia sudah menjatuhkan hatinya kepada lelaki di sampingnya, bahkan sudah sejak lama ia menyukai Saga.

Hey, are you okay?

Lia mengangguk menjawab pertanyaan Saga.

“Maaf kalau tiba-tiba gua bilang ini ke lo, tapi kalau emang ini bikin lo ga nyaman, lupain aja ya?,” sambung Saga.

Lia langsung menggeleng tidak setuju dengan ucapan Saga. “Gue gapapa, gue… cuma bingung harus jawab apa…”

“Ga usah dijawab juga gapapa, yang penting gua udah berhasil buat ungkapin perasaan gua ke lo sekarang”

“Saga…”

“Iya?,” tatapan Saga tak sedikitpun terlepas dari gadis di hadapannya. Sejujurnya ia panik, namun sebisa mungkin ia tutupi agar Lia tetap merasa nyaman dengannya.

I love you too

Saga langsung membelalakkan matanya, ia terkejut sekaligus senang karena perasaannya terbalaskan. Bahkan tanpa sadar, ia sudah memeluk tubuh Lia dengan erat. Lia hanya tertawa saat mendapat pelukan dari Saga.

Thank you, Saga, makasih udah buat hari ini semakin indah.”

Tulus yang semula menjadi fokus utama Lia, kini tergeser, karena lelaki di sampingnya jauh lebih menarik perhatiannya. Ralat, maksudnya kekasihnya.