Hug.

Samudra benar-benar mengendarai mobilnya dengan cepat sekarang. Puluhan pengendara lainnya bahkan tak lagi ia hiraukan. Pusat pikirannya hanya satu, yaitu Karin. Setelah mendapat pesan dari Karin, perasaan Samudra benar-benar tidak enak. Ia takut kalau terjadi hal yang tidak diinginkan ke gadisnya.

Samudra menepati janjinya kalau ia akan datang sepuluh menit lagi. Terbukti sekarang ia sudah ada di kediaman Karin. Rumahnya sepi dan Samudra yakin kalau Karin sedang sendirian di rumahnya.

“Karin!,” teriak Samudra memanggil Karin.

Ia langsung berlari ke kamar Karin setelah mendengar suara tangisan disana. Dibukanya pintu kamar Karin dan terlihat keadaan Karin yang sudah sangat berantakan.

Karin terduduk di lantai dengan tongkat yang terjatuh di samping tubuhnya. Suara tangisannya pun masih terdengar bahkan lebih kencang sekarang walaupun Samudra sudah datang.

“Hei, ada apa? Jangan nangis lagi, aku disini”

Dipeluknya lama tubuh mungil Karin sambil mengusap rambutnya. Tak lama, hanya isakan kecil yang terdengar sekarang.

Samudra pelan-pelan melepaskan pelukannya dan menatap lembut Karin. Mata gadis itu sembab dan rambutnya berantakan. Samudra belum berani bertanya tentang penyebab Karin menangis, ia lebih memilih menggendong Karin menuju kasur agar Karin lebih nyaman untuk duduk.

“Kak Sam… temenin aku dulu…”

“Iya, aku ga akan kemana-mana”

Mendengar itu Karin merasa lebih tenang. Setelah diam beberapa menit, Karin akhirnya tertidur pulas dengan tangan kiri Samudra yang masih ia genggam. Di sisi lain, Samudra mengusap pelan rambut Karin dan mengecup dahi gadisnya.

“Jangan sedih lagi, Karin.”