284; Her mission.


Jika ditanya mengapa Clara sangat membenci Kalu, jawabannya sangat mudah. Karena Clara benci jika Kalu lebih unggul darinya.

Dahulu, mungkin dirinya dan Kalu adalah seorang sahabat, bahkan tak sedikit teman kuliah mereka yang merasa terkejut saat mengetahui fakta kalau kini mereka berdua adalah rival—terlebih bagi Clara.

Egois dan licik memang, tapi begitulah Clara. Dirinya selalu berambisi untuk menjadi nomor 1 dalam setiap hal, entah hal yang disukai maupun tidak. Makanya, saat ia berhasil menjatuhkan Kalu saat seleksi model di management mereka, Clara merasa dirinya menang karena ia tahu kalau menjadi model adalah mimpi mantan sahabatnya.

Seperti saat ini, lagi dan lagi, rasa iri dan cemburu menguasai diri Clara. Setelah mengetahui fakta bahwa Kalu dan Devano sudah berpacaran, Clara merasa kalau dirinya kalah dari Kalu. Pria yang ia dambakan, justru jatuh ke pelukan musuhnya.

Dengan langkah yang santai, Clara masuk ke studio dan menyapa orang-orang di sana. Banyak yang bertanya mengapa Clara datang padahal dirinya sedang tidak ada jadwal untuk photoshoot tapi Clara menjawab, ia hanya ingin berkunjung. Walaupun nyatanya bukan itu tujuannya.

Sibuk mengelilingi studio, Clara kebingungan karena orang yang ia cari justru tidak menampakkan dirinya di sana. Hingga ia pun bertanya pada salah satu staff karena rasa penasarannya yang sudah tidak bisa ditahan lagi. “Kak, Kalu lagi dimana ya? Kok dari tadi aku ngga lihat dia?”

“Kalu lagi istirahat di ruang tidur, kayaknya lagi sakit soalnya mukanya pucat.”

Usai mendengar jawaban sang staff, Clara langsung bergegas ke ruangan yang dimaksud. Dengan pelan, ia membuka pintu, dan menemukan Kalu yang sedang tertidur pulas. Dengan lancar, otak liciknya langsung menyusun rencana yang ia pastikan akan membuat keributan nantinya.

Clara kembali menutup pintu dan mulai mencari sosok Zean, yang akan ia jadikan kambing hitamnya. Dengan mudah ia menemukan Zean. Pria itu kini sedang duduk disalah satu kursi di dalam ruang ganti.

Zean yang sedikit terganggu dengan kehadiran Clara, langsung berdiri dan hendak keluar. Namun, Clara berhasil menahannya. “Eh, mau kemana?”

“Mau keluar”

“Tunggu dulu dong. Gue mau minta tolong sama lo, boleh?,” pinta Clara dengan wajah memelas yang ia buat-buat.

“Apa?”

Sebelum menjawab, Clara menuju salah satu laci yang terletak di pojok ruangan. Ia mengambil selimut yang memang sering disimpan untuk para model yang merasa kedinginan. Clara langsung menyerahkan selimut itu kepada Zean, sedangkan Zean dibuat kebingungan oleh Clara. “Ngapain lo kasi gua selimut?”

Clara tertawa pelan. “Bukan buat lo, tapi buat Kalu. Dia kayaknya lagi sakit, lo bisa bawain ini buat dia kan? Gue soalnya mau ketemu Mba Vera, jadi ga bisa bawain selimutnya ke dia.”

Zean tak langsung menyetujui perintah Clara. Satu sisi, ia mau-mau saja membawakan selimut ini untuk Kalu. Namun, di sisi lain, ia sedikit curiga dengan Clara, pasalnya Mba Vera baru saja ia lihat pergi keluar, jadi tak menutup kemungkinan bukan kalau Clara sedang berbohong?

“Heh! Kok malah bengong? Bawain gih, kasian dia kedinginan,” protes Clara karena dirinya yang sudah tidak sabar.

Mengabaikan semua rasa penasarannya, Zean akhirnya memilih untuk membawakan selimut yang di tangannya untuk Kalu. Toh, ia hanya akan mengantarkan selimut.

Baru satu langkah, Clara kembali menahan Zean. “Oh iya satu lagi, coba lo cek suhu badannya ya, panas atau engga, biar bisa gue beliin obat.”

Kini Zean justru semakin dibuat kebingungan dengan Clara. Sejujurnya, tidak ada yang salah dengan perintahnya Clara, tapi entah kenapa menurut Zean, ada sedikit kejanggalan.

Setelah masuk ke ruangan Kalu, Zean dapat melihat Kalu yang tertidur dengan pulas. Dengan hati-hati, ia meletakkan selimut di atas badan Kalu. Selanjutnya, ia duduk di salah satu kursi—ingin melihat wajah tenang Kalu yang sedang tertidur.

Puas menatapi wajah Kalu, Zean tersadar kalau banyak keringat di dahi Kalu. Lantas, ia meletakkan tangannya di dahi Kalu, untuk memastikan apakah suhu tubuh Kalu panas atau tidak. Merasa ada tangan yang menyentuh dahinya, Kalu langsung terbangun. Ia terkejut saat melihat Zean ada di sini. Bahkan tangan yang awalnya berada di dahi Kalu, kini sudah berada di pipinya untuk menangkup pipi gadis itu.

Dan tanpa melewatkan kesempatan emas, Clara mengabadikan momen tersebut dengan tujuan menjadikannya bahan untuk menjatuhkan Kalu.